in

Alasan Mengapa Perjalanan Pulang Bisa Terasa Lebih Cepat Daripada Saat Berangkat

Share:

Kalian yang suka traveling saat berkunjung ke suatu tempat pernah gak sih merasakan kalau perjalanan saat pulang itu terasa lebih cepat daripada waktu kita berangkat?

Terlebih saat kita mengunjungi tempat-tempat yang baru, padahal jika dipikirkan jarak dan rute yang ditempuh selama perjalanan sama. Misalnya mau traveling ke Jogja dari Jakarta dengan menggunakan kereta, entah mengapa saat perjalanan pulang akan terasa jauh lebih cepat, tau-tau sudah sampai sini ya, begitulah kira-kira yang sering terjadi.

Ternyata hal tersebut sudah sejak lama terjadi dan menarik minat para ilmuwan untuk meneliti dan menurut mereka hal ini sering disebut sebagai “return trip effect” atau disebut juga efek perjalanan pulang.

Banyak juga teori yang mendukung serta membahas tentang “return trip effect” ini, seperti apa teori yang dikemukakan oleh para ahli tersebut?  Berikut ini ulasannya.

1. Teori Richard A. Block

Teori Richard A. Block, Image By : pixabay.com
Teori Richard A. Block, Image By : pixabay.com

Teori ini dikembangkan oleh seorang Psikolog dari Montana State University yaitu Richard A. Block. Menurutnya seseorang yang melakukan perjalanan biasanya akan menginginkan cepat sampai saat berangkat, namun saat pulang ia akan lebih santai dalam perjalanan, hal inilah yang membuat konsentrasi waktu lebih banyak saat perjalanan pergi, sehingga waktu akan terasa lebih lama.

Banyak yang menyebutkan bahwa teori yang dikemukakan oleh Richard ini merupakan teori yang simple dan logis. Richard menyebutkan jika fenomena “return trip effect” ini disebabkan oleh rasa keinginan dari seseorang yang melakukan perjalanan untuk cepat sampai ke tujuan saat berangkat.

2. Teori Familiaritas

Teori Familiaritas, Image by : pixabay.com
Teori Familiaritas, Image by : pixabay.com

Teori ini merupakan teori tertua untuk fenomena “return trip effect”, dimana dijelaskan bahwa “return trip effect” bisa terjadi karena saat perjalanan pergi/berangkat otak masih asing dengan kondisi jalan yang akan dilewati, bagaiman rambu-rambunya, kondisi jalan, serta pemandangan di sepanjang jalan.

[artikel number=3 tag=”unik”]

Dan saat perjalanan pulang otak sudah bisa memahami kondisi dan keadaan jalan, bisa dibilang otak sudah merekam apa yang ada disepanjang perjalanan sehingga sudah bisa memprediksi keadaan, kondisi tersebut yang menyebabkan perjalan pulang terasa lebih cepat meskipun jarak tempuh dan waktu perjalanan yang dilakukan sama saja.

Biasanya nih, ada yang berkomentar “kok sudah sampai sini aja sih? Kayaknya baru sebentar perjalanannya”.

3. Teori Pelanggaran Harapan dari Niels

Teori Pelanggaran Harapan dari Niels, Image By : pixabay.com
Teori Pelanggaran Harapan dari Niels, Image By : pixabay.com

Teori ini muncul pada tahun 2011, dimana saat itu seorang Psikolog Universitas Tilburg, Belanda yaitu Niels van de Ven mempublikasikan teori terbarunya tentang fenomena “return trip effect”.

Menurutnya kejadian “return trip effect” terjadi bukan karena familiaritas otak terhadap kondisi jalan, namun karena adanya persepsi dan ekspektasi dari orang yang melakukan perjalanan tersebut.

Alasan mengapa teori ini disebut sebagai “teori pelanggaran harapan” karena  menurutnya “return trip effect” terjadi karena ketidak sesuaian antara persepsi, eksektasi dan realitas yang ada, sebagai contoh ketika seseorang akan melakukan perjalanan maka dia akan optimis untuk sampai tujuan dengan cepat serta menyenangkan, namun ternyata karena fikiran optimis tersebut justru membuat otak berontak agar cepat sampai, dan pada akhirnya perjalanan berangkat malah terasa lebih lama dan sebaliknya saat perjalanan pulang otak mengalami hal yang pesimis.

Sebelum muncul teori ini sebelumnya telah dilakukan uji coba terhadap beberapa kelompok yang akan melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan pesawat, hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah benar fenomena “return trip effect” ini terjadi karena familiaritas otak manusia terhadap kondisi jalan yang dilalui. Alasan menggunakan pesawat karena saat perjalanan tentu orang tidak akan melihat rambu-rambu lalu lintas dan jalan yang menanjak atau turunan tajam.

Dan ternyata orang yang bepergian menggunakan pesawat pun masih mengalami “return trip effect” tersebut sehingga muncul kesimpulan persepsi seseorang tersebut yang mempengaruhi terjadinya “return trip effect”.

Demikian tadi beberapa teori yang membahas tentang kejadian “return trip effect”, dari beberapa teori tersebut para Psikiater maupun Ilmuwan di dunia tidak ada yang menyebut salah satu teori tersebut mutlak kebenarannya, justru banyak yang menganggap bahwa beberapa teori di atas tadi merupakan satu kesatuan untuk menjawab fenomena “return trip effect”.

Menurut kalian gimana nih fenomena “return trip effect” tersebut? komentar dibawah ya.

Seberapa menarik artikel ini?

Klik bintang untuk memberi vote.

Penilaian rata-rata 0 / 5. Jumlah 0

Jadilah yang pertama memberi peringkat disini.

Kami mohon maaf karena posting ini tidak berguna untuk Anda

Biarkan kami memperbaiki pos ini

Beri tahu kami bagaimana kami dapat memperbaiki pos ini?

Written by Rohmad Dangu Purwanto

Seorang mahasiswa ekonomi yang hobi akan main musik, selalu meluangkan waktu untuk travelling ditengah kesibukan. Masih terus belajar untuk menuliskan kisah perjalanan.