Waktu sudah sore, perjalanan kami tersendat karena macet yang begitu panjang di jalan raya Magelang kota. Wajar saja, long weekend begini begitu banyak kendaraan lalu lalang, tapi mayoritas kendaraan menuju ke arah utara dan jalur jalur arternatif ke arah tempat tempat wisata seperti Burobudur dan Selo.
Motor kami menderu dijalanan berliku menuju arah Kopeng tempat pendakian awal Merbabu. Tapi kali ini kami tak ingin mendaki Merbabu, motor terus melaju ke arah utara, dengan pemandangan bukit bukit kecil dan kabut yang kian memekat.
Pukul 4 sore kami beristirahat sebentar disebuah warung, memesan teh hangat dan gorengan, kami lupa tempatnya, dingin sudah terasa saat itu, bau bau embun khas daerah kaki gunung, kami disapa oleh irang orang sekitar yang begitu ramah.
Tujuan kami adalah Gunung Andong, yang berada di Kecamatan Grabag. Grabag adalah salah satu distrik di Kabupaten Magelang. Sebuah Desa kaki gunung yang belum ramai penduduknya dan dipadati rumah, pagar pagar tumbuhan serta halaman halaman lapang, suasana khas Desa yang sangat nyaman.
[artikel number=3 tag=”piknik-sahabat”]Dari warung kami melanjutkan perjalanan, dan sampai di salah satu rumah warga di gerbang pendakian kaki Gunung Andong. Kami disambut dengan hangat, kami disarankan menginapkan motor kami ke salah satu rumah warga. Pada waktu itu Andong belum menjadi trend sebagai gunung pendakian, dan sepertinya orang orang Desa sekitar belum memiliki pengelolaan retribusi soal camp dan jalur pendakian.
Jangan bahagia kalau kamu mendaki gunung lalu dibebaskan administrasi dan biaya retribusi. Seharusnya, sebagai pelancong, kita harus mendukung upaya pengembangan desa dengan membayar retribusi, bukan sebagai hal-yang kapital, tapi sebagai upaya untuk membangun Desa dan mengelola potensi wisatanya menjadi anggaran yang membantu Desa menjadi lebih baik.
Waktu itu kami hanya membayar parkir Rp.1000, disambut di salah satu rumah warga, diberi kopi, teh panas dan juga singkong goreng, lebih berlipat dengan apa yang kami beri.
Tujuan kami untuk menapaki medan Andong memang sudah terlaksana.
tapi sebelum Sampai di Andong kami malah sudah merasa berwisata, karena keramahan warganya.
Rasanya kami memiliki rumah dan banyak saudara lalu kami seperti seorang perantau yang baru pulang. Saat kami kembali dari Andong dan menjalani aktivitas di Kota, tak hanya keindahan Andong yang kami rindukan, tapi kopi, teh hangat dan singkong goreng serta cengkrama dengan orang orangnya.