Piknikdong.com, Event – Selama dua tahun penyelenggaraan, 2023-2024, FBA telah tiga kali dilaksanakan.
Dilaksanakan selama dua hari, FBA 1 di tahun 2023, melibatkan 255 seniman penampil dengan jumlah penonton mencapai 950 penonton.
FBA 2, masih di tahun yang sama, melibatkan 245 seniman penampil, dengan jumlah penonton mencapai 1.500 orang.
Adapun, FBA 3 yang digelar tiga hari, 6-8 September 2024, menampilkan 350 seniman dari 18 kelompok kesenian.
Ajang ini juga selalu ramai dikunjungi pengunjung yang datang silih bergantian hingga larut malam, menonton pentas-pentas kesenian sesuai dengan kesukaan masing-masing.
Asal kelompok keseniman yang terlibat pun terbentang semakin luas. Jika sebelumnya sebagian penampil luar Magelang ada yang berasal dari Pulau Kalimantan dan Sumatera, maka di tahun ini, FBA menampilkan asal peserta terjauh yaitu rombongan seniman suku Kamoro dari pesisir selatan Papua.
Jika sebelumnya hanya menampilkan seni pertunjukan, maka FBA tahun ini menampilkan lebih banyak ragam kesenian, seperti seniman perupa.
Ajang ini juga disemarakkan oleh acara lomba senam budaya yang diikuti oleh kalangan ibu-ibu pada Minggu (8/9/2024).
Ika, ketua kelompok Emak-emak Milenial dari Kecamatan Borobudur, mengatakan, dirinya pun bersukacita ada ragam acara senam dalam FBA.
“Hadiah lomba, menang atau kalah, tidaklah penting. Kami, emak-emak, senang bertemu dan berolahraga bersama di Bhumi Atsanti,”
ujarnya.
Para ibu dari kelompok Emak-emak Milenial pun antuasias merancang gerakan dan berlatih sejak seminggu lalu.
Mereka mengenakan kebaya Bali dan menampilkan gerakan senam yang mengambil inspirasi dari gerakan tari Leak dari Bali.
Para seniman penampil, tentu saja juga sangat senang bisa terlibat dalam FBA. I Made Arya Dwita Dedok seniman asli Bali yang tinggal di Magelang, mengatakan, dirinya sangat senang bisa ikut tampil melakukan performing art dan melakukan live painting bersama-sama dengan 9 seniman lainnya dalam FBA hari kedua, Sabtu (7/9/2024).
Ajang semacam FBA, menurut dia, sangat diperlukan dan berdampak positif bagi para seniman.
“Acara seperti FBA sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri seniman terutama para seniman di Magelang,”
ujarnya.
Dalam FBA, pengembangan diri yang terjadi antara lain adalah setiap seniman bisa bertemu, bertukar gagasan dan menjalin relasi dengan seniman lain.
Athanasios Yanu, seniman, penari asal Yogyakarta, adalah salah satu seniman yang menjadi penampil setelah melalui mekanisme open call yang dibuka untuk FBA.
Dia memang antuasias terlibat karena merasa acara-acara festival seperti FBA menjadi acara penting yang wajib diikuti untuk pengembangan diri.
“Dengan mengikuti festival, saya bisa banyak belajar tentang berbagai hal.
Saya bisa belajar tentang manajerial pertunjukan, belajar dari semua, apa saja yang ditampilkan di sana, dan juga bisa sekaligus membuka, memberi kesempatan untuk menjalin relasi dengan seniman lain.
Semua hal itu, menarik untuk dipahami dan dilakoni,”
ujarnya.
Salah seorang warga sekaligus pelaku seni Borobudur, Lukman Fauzi Mudasir, intens menonton pelaksanaan FBA selama tiga hari, 6-8 September 2024.
Dia memuji semua pentas tersebut sebagai pentas kesenian yang bagus, yang menyajikan tontonan berbeda bagi masyarakat Magelang.
“Tidak sekedar menghibur, semua pentas yang disajikan sebenarnya bermuatan lebih serius dengan muatan edukasi bagi semua kalangan terutama bagi kalangan muda,”
ujarnya.
Bagi kalangan seniman, semua pentas tersebut juga berdampak positif memberi inspirasi, ide-ide baru untuk mengembangkan ragam kesenian yang telah mereka tekuni selama ini.
FBA ditutup pada hari Minggu (8/9/2024). Di hari terakhir penyelenggarannya, acara ini dibuka dengan pentas pertama Obor Rogo, dari Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang.
Pentas tersebut terlihat spektakuler di mana seorang pemain memanggul obor-obor kecil yang disusun dengan piranti dan tatanan khusus. Sembari bergerak ke sana kemari, ada penari-penari dengan tubuh dicat hitam bergerak di sekeliling si pemanggul obor.
Pentas dimulai sekitar pukul 19.30. Karena tak berapa lama turun hujan, ada beberapa orang yang kemudian sibuk membawa obor, menyalakan obor-obor di badan penari yang mulai padam karena tersiram air hujan.
Karena hujan tak kunjung reda, pentas di panggung dihentikan. Sempat ada jeda beberapa saat, dan setelah itu, acara bergeser ke pendopo Bhumi Atsanti.
Di situlah kemudian dilakukan dialog, antar penonton dengan sejumlah penampil seperti Masyarakat Kemuning Gading (Rumagad) dari Bogor, dan Athanasios Yanu.
Pendopo kemudian akhirnya juga menjadi area pentas bagi sejumlah penampil seperti penari Athanasios Yanu, dan penyanyi Bagus Dwi Danto.
Seniman suku Kamoro yang semula mengagendakan pentas dan memanggil arwah di atas panggung di luar ruangan, juga terpaksa menampilkan tari-tarian di antara penonton di pendopo.
Setelah intensitas hujan berangsur mereda, pentas dilanjutkan di panggung.
Para penampil menyajikan pentas di bawah tenda, yang secara dadakan dipasang oleh panitia.
Para seniman yang tampil di bawah tenda tersebut adalah Rumagad, D+ Project, dan terakhir band Rubah di Selatan, yang menjadi penutup pentas pada Senin (9/9/2024) dinihari, sekitar pukul 02.00.