Penyelenggaraan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2018 sudah semakin dekat. Setelah pada bulan Juli lalu UWRF meluncurkan tiket Early Bird dan mengumumkan 16 nama pembicara tahap awal, pada hari ini, Selasa (14/08/2018), perhelatan sastra dan seni terbesar di Asia Tenggara ini resmi meluncurkan daftar lengkap nama pembicara beserta program program menarik yang akan diselenggarakan pada tanggal 24-28 Oktober mendatang.
Pada tahun ke-15 peyelenggaraan Festival, lebih dari 160 pembicara nasional dan internasional yang terdiri dari para penulis, jurnalis, pegiat, akademisi, seniman, musisi, pelestari alam, dan tokoh penting lainnya, telah dikonfirmasi untuk datang ke UWRF. Mereka yang berasal dari sekitar 30 negara berbeda ini sedang bersiap menuju jantung kota Ubud yang asri untuk memperdengarkan kisah-kisah hebat mereka, membagikan ide dan gagasan yang tak terbatas, serta bertemu dengan para penikmat sastra dan seni dari seluruh dunia.
Festival akan menyambut sosok-sosok besar dan inspiratif. Dengan bangga, UWRF akan menghadirkan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, Susi Pudjiastuti. Beliau akan hadir dalam salah satu panel diskusi UWRF, bersamaan dengan agendanya ke Bali pada bulan Oktober mendatang untuk menghadiri Our Ocean Conference 2018.
Selain itu, Yenny Wahid, pegiat kebebasan beragama sekaligus putri dari mantan Presiden Indonesia yang keempat, K.H Abdurrahman Wahid, akan bergabung bersama Ndaba Mandela, pendiri Africa Rising Foundation sekaligus cucu dari mantan Presiden Afrika Selatan yang pertama, Nelson Mandela.
UWRF 2018 juga akan menghadirkan sosok yang selalu dinantikan para pencinta sastra Indonesia yaitu Sapardi Djoko Damono, seorang penyair legendaris yang masih aktif berkarya hingga usia senja.
Sementara itu, sederet nama yang telah membesarkan dunia sastra Indonesia seperti Dee Lestari, pelopor sastra modern Indonesia yang telah meluncurkan karya terbarunya Aroma Karsa pada Maret 2018 lalu akan hadir bersama Leila S. Chudori, penulis sekaligus jurnalis Indonesia yang karyanya selalu memetik pujian; Aan Mansyur, penyair sekaligus penulis buku kumpulan puisi Tidak Ada New York Hari Ini; serta Avianti Armand, penyair sekaligus arsitek.
Beberapa nama pembicara yang pernah hadir dalam Festival pada tahun sebelumnya dipastikan kembali untuk berbagi ilmunya dalam UWRF 2018. Mereka adalah Djenar Maesa Ayu, penulis favorit sekaligus sutradara yang kerap mengangkat tema feminisme dalam setiap karyanya; Putu Fajar Arcana, penulis sekaligus pelopor Kelas Cerpen Kompas; Warih Wisatsana, penyunting sekaligus penyair yang karyanya telah banyak memenangkan penghargaan; serta Endy M. Bayuni, penyunting senior The Jakarta Post.
UWRF juga akan menghadirkan nama-nama lain yang tidak kalah menarik seperti Haidar Bagir, filantropis, penulis buku seputar Islam, sekaligus pendiri Mizan Grup; Noor Huda Ismail, pendiri Institut Perdamaian Internasional Indonesia; serta Rudi Fofid, penyair dan pegiat perdamaian yang menerima penghargaan Maarif Award tahun 2016.
Sederet nama dari generasi muda Indonesia berbakat juga akan mengisi panel-panel diskusi. Norman Erikson Pasaribu, yang karya pertamanya baru saja memenangkan PEN Translates Award tahun 2018; Nuril Basri, penerima beasiswa residensi ke Inggris dari Badan Bahasa Indonesia tahun 2017; Emmanuela Shinta, pegiat lingkungan muda asal Kalimantan; serta Rain Chudori, putri Leila S. Chudori yang juga mengikuti jejak Sang Ibu berkecimpung di dunia sastra dan kepenulisan.
Festival ini juga secara konsisten mendukung dan mengikuti arus perkembangan industri film Indonesia. Kamila Andini, sineas muda yang sukses lewat film pemenang penghargaan Sekala Niskala, akan bergabung dengan ayahnya, sutradara kawakan Indonesia Garin Nugroho, serta sutradara film eksperimental sekaligus novelis Richard Oh. Ketiganya akan mengupas sisi menarik di balik industri perfilman yang semakin mencuri perhatian.
Sementara itu, bintang sastra internasional yang dipastikan akan datang ke UWRF 2018 adalah Hanif Kureishi, penulis naskah drama, pembuat film, dan novelis asal Inggris berdarah Pakistan yang disegani; Kim Scott, penulis Australia yang karya pertamanya Benang (1999) berhasil memenangkan Miles Franklin Award; Geoff Dyer, novelis dan esais asal Amerika Serikat yang karya-karyanya telah diterjemahkan dalam 24 bahasa.
Para bintang sastra tersebut akan berbagi meja-meja panel diskusi dengan Fatima Bhutto, penulis memoar pemenang penghargaan asal Pakistan; Uzodinma Iweala, pembuat film asal Amerika Serikat berdarah Nigeria yang juga merupakan dokter dan CEO The Africa Center di New York; Clemantine Wamariya, penulis memoar kelahiran Rwanda yang menuliskan perjalanan panjangnya mencari suaka di delapan negara Afrika hingga Amerika Serikat; serta Yeb Saño asal Filipina, yang kini menjabat sebagai Direktur dari Greenpeace Asia Tenggara.
Sidney Jones yang selama ini diakui dunia telah mampu menangani konflik etnis dan pemberontakan, akan bergabung bersama Janet Steele, penulis buku berjudul Mediating Islam yang fokus terhadap pembahasan tentang Islam, jurnalisme, dan demokrasi di Indonesia dan Malaysia; serta Dina Zaman, penulis buku seputar agama dalam lingkup kehidupan sehari-hari.
Berbagi wawasan yang mendalam dari benua Australia, UWRF akan menghadirkan Gillian Triggs, akademisi ternama sekaligus mantan Presiden Komisi Hak Asasi Manusia Australia; Jill Stark, jurnalis dan penulis biografi; serta Jane Caro, jurnalis dan pemerhati sosial pemenang Walkley Award.
Sementara itu, dari India, tahun ini UWRF akan kedatangan Tishani Doshi, penulis sekaligus penari; Gumehar Kaur, pegiat sosial; dan Anuradha Roy, novelis yang karyanya berjudul Sleeping on Jupiter berhasil memenangkan DSC Prize tahun 2016.
Para bintang internasional kelahiran Indonesia yang sedang bersinar juga dihadirkan UWRF 2018 seperti Clarissa Goenawan, penulis Singapura yang sukses dengan karyanya Rainbirds, serta Innosanto Nagara, penulis buku anak-anak, pegiat, dan desainer grafis yang kini menetap di California, Amerika Serikat.
Para bintang internasional kelahiran Indonesia yang sedang bersinar juga dihadirkan UWRF 2018 seperti Clarissa Goenawan, penulis Singapura yang sukses dengan karyanya Rainbirds, serta Innosanto Nagara, penulis buku anak-anak, pegiat, dan desainer grafis yang kini menetap di California, Amerika Serikat.
“Setelah 15 tahun, kami merasa Festival ini telah memenuhi tujuannya, yaitu menjadikan Ubud sebagai pusat bagi para pencinta sastra baik secara nasional maupun internasional.
Festival ini juga telah mampu membangkitkan minat terhadap sastra Indonesia.
Sebagian besar pengunjung pada hari-hari pertama Festival mengaku bahwa mereka tidak mengetahui apapun mengenai penulis Indonesia. Namun, perlahan hal ini berubah,”
Ujar Founder dan Director UWRF, Janet DeNeefe.
Bersamaan dengan peluncuran nama lengkap pembicara dan daftar 70
Main Program ini, Yayasan Mudra Swari Saraswati selaku penyelenggara
Ubud Writers & Readers Festival juga melakukan penggalangan dana
untuk membantu korban gempa bumi Lombok yang terjadi pada hari
Minggu (05/08/2018) lalu.
Para pembeli tiket bisa menyertakan donasi mereka saat melakukan pembelian tiket Main Program UWRF 2018 melalui laman trybooking.com (UWRF18 4-Day Main Program Pass: http://bit.ly/4dayuwrf | UWRF18 1-Day Main Program Pass: http://bit.ly/1dayuwrf) Donasi yang terkumpul akan disalurkan melalui Yayasan IDEP yang saat ini sudah berada di Lombok untuk membantu para korban gempa bumi.