Piknikdong.com, Event – Kesenian jathilan dan kolaborasi kesenian mewarnai pelaksaan Festival Bhumi Atsanti (FBA) 3 Tahun 2024 di Bhumi Atsanti di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Semua itu semakin menambah semarak, dan memancing reaksi, antusiasme warga untuk menonton.
Pentas kesenian jathilan ditampilkan kelompok kesenian jathilan Turonggo Mudo dari Dusun Ngaran I, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, yang tampil menjadi pentas kesenian pembuka FBA hari kedua.
Pentas ini terbilang unik karena sebagian penari yang begitu menghayati tarian, sempat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus.
Dimulai sekitar pukul 14.30, siang itu, kelompok kesenian jathilan Turonggo Mudo menampilkan tiga kali pentas, dan kesurupan terjadi pada gelaran pentas terakhir.
Setelah berlangsung hampir satu jam, tanda-tanda kesurupan mulai terlihat. Beberapa seniman penari mulai tersungkur.
Saat dibantu berdiri, tangan sebagian penari tampak kaku. Beberapa orang lainnya terpaksa digotong karena tidak sanggup berjalan.
Sejumlah seniman penari digeser ke tepi pentas. Mereka melanjutkan menari, namun tak beberapa lama kemudian kembali kesurupan.
Wakil Ketua Kelompok Kesenian Jathilan Turonggo Mudo, Marsudi, mengatakan, pentas terakhir itulah yang disebut kesenian jathilan klasik.
“Dalam pentas kesenian jathilan klasik, para penari biasanya memang kerap kerasukan arwah leluhur,”
ujarnya.
Tahun ini menjadi kali kedua bagi Kelompok kesenian jathilan Turonggo Mudo terlibat dalam FBA.
Pentas kesenian jathilan termasuk adegan kerasukan disajikan sebagai bagian dari upaya memberikan pentas terbaik.
Namun, suasana pentas itu justru membuat penonton asyik dan terpaku pada apa yang dilihat.
Ketika kemudian pemain musik gamelan kemudian memainkan musik perpisahan, barulah kerumunan penonton bubar sekitar pukul 17.00.
Ada jeda waktu sekitar dua jam, gelaran FBA 3 kembali dimulai pada pukul 19.30.
Pentas FBA dilanjutkan dengan performing art dari seniman I Made Arya Dwita Dedok.
Tampilan tersebut digelar di atas panggung, yang sudah ditata, dengan 10 kanvas yang sudah disiapkan untuk acara selanjutnya, yaitu live painting bersama 10 perupa.
Performing art selesai dan para pelukis pun kemudian bersiap untuk menorehkan kuas di atas kanvas masing-masing yang telah disediakan.
Maka, di tahap selanjutnya, panggung pun menjadi area pentas bersama, kolaborasi dengan berbagai seniman lainnya.
Di tengah aktivitas seniman lukis di tepian pentas, tengah panggung pun tetap menjadi area tampil dari para seniman yang datang silih berganti menampilkan karya.
Sejumlah seniman yang kemudian muncul memeriahkan pentas adalah Teguh Mahesa yang menyajikan pentas monolog, gitaris M Sholeh yang tampil bersama putrinya Dina Indiarsi yang bernyanyi, seniman Athasios Yanu yang menampilkan tari topeng kelana, dan kelompok seniman suku Kamoro, dari pesisir selatan Papua.
Kelompok seniman Kamoro tersebut bahkan menyajikan dua kali pentas gerak tari Wakuru dan Yamate Evaro.
Tarian Wakuru bercerita tentang kegembiraan kegembiraan sejumlah pemuda atas hasil buruan yang didapatkan, dan gerak tarian Yamate Evaro bercerita tentang inspirasi pembuatan ukiran yamate yang biasanya didapatkan dari alam lingkungan sekitar termasuk hasil buruan atau tangkapan mereka.
Dengan gerakan tari dan kostum yang khas, rombongan seniman Kamoro ini memukau penonton di atas ataupun di luar panggung. Setelah pentas selesai, banyak penonton pun berebutan ingin berfoto bersama mereka.
Sekitar pukul 21.30, live painting pun dihentikan. Semua karya lukisan hasil karya para seniman akan dipamerkan dan nantinya bisa dibeli. Hasil penjualan lukisan nantinya akan didonasikan pada seniman yang membutuhkan.
Salah seorang pelukis yang terlibat, Easting Medi, mengaku senang bisa dilibatkan, mengisi acara live painting di FBA.
“Live painting dalam FBA ini sungguh-sungguh memberikan pengalaman yang berbeda,”
ujarnya.
Untuk acara ini, Easting melukis menggunakan bahan rempah kunyit yang kemudian disempurnakan dengan pembakaran menggunakan hio atau dupa.
Gelaran FBA3 hari kedua pun ditutup dengan pentas wayang kulit dengan dalang Ki
Hari Darmo dari Sanggar Darmo Wijoyo dari Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Pentas wayang dengan judul Bima Gugah ini, disajikan dalam durasi pentas sekitar tiga jam, sejak Sabtu (7/9/2024) hingga Minggu (8/9/2024) dinihari.