Ajang seni tahunan ART|JOG akan kembali diselenggarakan pada 19 Mei – 19 Juni 2017 bertempat di Jogja National Museum.
Tahun ini merupakan kali kedua bagi ART|JOG menempati situs bersejarah yang dahulunya merupakan kampus Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI).
Institusi ini merupakan akademi seni pertama di Indonesia yang digagas oleh Soekarno dan kemudian didirikan oleh RJ. Katamsi pada 15 Januari 1950. Keberadaan ASRI sendiri kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Tentang RJ. Katamsi
Lahir di Karangkobar, Banyumas pada 7 Januari 1897, Katamsi kecil bersekolah di Hollandsch Inlandsche School—atau sekolah dasar Belanda untuk orang-orang pribumi di Semarang. Hingga memasuki sekolah menengah atas, ia dipindahkan ke Jakarta untuk mengikuti sekolah pendidikan guru Kweekschool selama empat tahun.
Bakat seni nyatanya menurun dengan baik pada diri Katamsi muda yang berkesempatan meneruskan studinya di Academie voor Deelande Kunsten (Akademi Seni Rupa) di Den Haag, Belanda.
Sepulang dari studinya di Belanda pada 1922, ia mengajar seni rupa di MULO (Meer Uitgebreis Lager Onderwijs), sekolah dasar Belanda yang diperluas setingkat SMP. Katamsi juga dipercaya menjadi direktur Algemen Middelbare School, sekolah menengah setingkat SMA di Yogyakarta, di mana ia adalah pribumi pertama yang dipercaya memegang posisi tersebut.
Kepedulian Katamsi tidak hanya pada pengajaran seni rupa di ruang kelas saja. Di masa penjajahan Belanda, Katamsi membina kelompok pengerajin ukir perak di Kotagede, Yogayakarta—khususnya dalam hal penciptaan ornamen-ornamen baru.
Di masa pendudukan Jepang, Katamsi diemban tugas sebagai Kepala Museum Sonobudoyo oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Ia juga menyerahkan koleksi pribadinya untuk melengkapi koleksi museum yang saat itu masih sedikit.
Puncak pengabdian Katamsi untuk seni dan Negara adalah keberhasilannya mendirikan akademi seni pertama di Indonesia pada 1950. Hal ini juga tak terlepas dari bantuan seniman dan budayawan. Sebagaimana dimaklumi pada tahun 1946—bersamaan dengan pindahnya ibukota Negara dari Jakarta ke Yogyakarta, hijrah pula para seniman ke ibu kota yang baru, seperti Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan dan beberapa nama lainnya. Jurusan yang dibuka saat itu cukup beragam yakni; seni rupa, seni kriya, seni reklame, dekorasi, ilustrasi dan grafika serta guru gambar.
Dua pemikiran Katamsi yang mendominasi sistem pengajaran di ASRI adalah tentang “proyek global” dan “abklatsch”. Proyek global tidak mementingkan rincian dari obyek yang dihadapi tetapi mengutaman kesan secara keseluruhan ditambah konsep pribadi. Manfaatnya, dalam waktu singkat, seorang seniman mampu menyelesaikan pekerjaan secara utuh.
Sedangkan “akblatsch” atau pengambilan adalah memindai bagian-bagian candi untuk kepentingan studi, pemugaran dan rekonstruksi dengan menggunakan kertas singkong, tanah liat, dan gips. Upaya ini dimaksudkan agar para murid menghargai seni rupa Indonesia kuno sebagai salah satu dimensi corak dalam kebudayaan.
- Katamsi pensiun dari posisinya sebagai direktur ASRI pada tahun 1959, namun demikian ia tetap aktif mengajar di kampus ASRI, UGM dan IKIP Yogyakarta. Ia wafat pada tahun 1975 dengan beragam torehan penghargaan dan apresiasi tinggi dari masyarakat luas. Untuk mengenang jasa RJ. Katamsi, almamaternya membuat patung sosok Katamsi pada tahun 1970 yang kini telah ditempatkan di kampus Institus Seni Indonesia (ISI), Sewon, Bantul, Yogyakarta. Sosok Katamsi memang tidak kesohor atas jumlah karyanya yang banyak, namun lebih sebagai seorang pendidik di bidang seni rupa. Salah satu karya monumentalnya adalah lukisan logo Universitas Gadjah Mada yang digunakan secara resmi hingga sekarang.
Pembuatan Patung RJ. Katamsi
Sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa RJ. Katamsi di bidang seni dan pendidikan, saat ini ART|JOG tengah membuat patung RJ. Katamsi. ART|JOG menggandeng seniman & pematung Wahyu Santoso dalam proyek pengerjaan patung ini.
Proyek pembuatan patung RJ. Katamsi juga sekaligus meneruskan proyek Tour ASRI yang sudah diselenggarakan pada tahun 2016. Tour ASRI merupakan salah satu program publik, di mana pengunjung diberikan penjelasan mengenai sejarah bangunan ASRI yang bertempat di Jogja National Museum dan cikal bakal ISI, Yogyakarta dengan dipandu oleh seniman senior, Wardoyo Sugianto.
Patung RJ. Katamsi ini terbuat dari material polyester resin dan perunggu dengan tinggi 2,5 meter atau 1,5 kali ukuran asli. Pembuatan patung ini dikerjakan dengan teknik modeling, cetak mock up dan cor perunggu sebagai bahan akhirnya.
Seniman Wahyu Santoso mengaku tidak mengalami kesulitan besar dalam pengerjaan patung ini. “Ada kendala pada acuan atau rujukan gambar dan detail foto yang kurang lengkap. Sehingga untuk mencapai bentuk dan karakter yang mendekati, perlu waktu cukup lama,” terang Wahyu yang juga tuan rumah studio Kandangkebo.
Wahyu sendiri belum pernah bertemu dengan sosok RJ. Katamsi, namun ia sendiri begitu mengagumi sosok Katamsi sebagai pribumi yang cerdas, berprinsip kuat dan juga guru yang baik. Nantinya patung RJ. Katamsi ini akan ditempatkan di situs Jogja National Museum, Yogyakarta.
Kurator ART|JOG|10, Bambang ‘Toko’ Witjaksono mengungkapkan bahwa saat ini banyak anak muda yang kembali tertarik pada sejarah, baik institusi maupun pesohor tanah air. “Saya pikir di sinilah pentingnya membuat sebuah ‘monumen’ sebagai penanda agar kita bisa lebih dekat secara emosional dengan tokoh tersebut,” terangnya.
Sedianya patung RJ. Katamsi ini akan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X bersamaan dengan malam pembukaan ART|JOG|10 pada 19 Mei 2017 di Jogja National Museum. Akhirnya, kami berharap, publik akan merespon dengan baik kehadiran patung RJ. Katamsi, dan meneladani warisan beliau yang ditinggalkan pada generasi kini dan mendatang.