Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno, menekankan kualitas dan kompetensi pengelola homestay di Desa Gili Tramena, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, harus ditingkatkan.
Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menggelar kegiatan bimbingan teknis (bimtek) peningkatan kapasitas pengelola homestay di Desa Gili Tramena, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
Sandiaga Salahuddin Uno dalam sambutannya, Sabtu (19/2/2022) menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah komitmen Kemenparekraf dalam meningkatkan kualitas SDM dari segi pengelolaan homestay.
“Ini agar para pengelola dapat memperkuat keberadaan homestay di destinasi super prioritas (DSP), mampu mengoptimalkan fungsi hunian, serta mampu memberikan pelayanan yang baik sesuai dengan standar internasional,”
katanya.
Dengan begitu kepuasan wisatawan akan meningkat dan akan berdampak pula pada peningkatan length of stay sehingga kebangkitan dan pemulihan ekonomi dapat terwujud.
“Ini juga bentuk peningkatan SDM kita agar pengelolaan sarana hunian wisata atau homestay, walaupun mungkin ada hotel-hotel berbintang, tapi homestay-homestay ini juga akan gemilang.
Dan ide-ide inovatif seperti pemasaran melalui sarana bundling atau teknologi online, digital akan juga kita lakukan,”
katanya.
Melalui kegiatan bimtek pengelolaan homestay yang diikuti oleh 50 peserta, Menparekraf berharap pemerataan dari segi kebangkitan dan kepulihan ekonomi.
“Pelatihan ini kita harapkan menjadi lokomotif untuk kepulihan sektor parekraf dan kebangkitan ekonomi,”
ujar Sandiaga.
Sementara, Dosen Poltekpar Lombok, Yoshua Richard Agustinus, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, yang terdiri dari 1.704 pulau, dan salah satunya Pulau Gili Trawangan yang menjadi daya tarik wisata di Lombok, NTB.
Untuk itu, perlu adanya keterampilan SDM yang berkualitas dalam melayani wisatawan yang datang.
Terlebih, fokus pariwisata ke depan mengusung konsep sustainable tourism. Dimana pembangunan dan pengelolaan Sarhunta (Sarana Hunian Pariwisata) atau homestay masuk ke dalam konsep tersebut.
Oleh karena itu, rumus 6a+Simpati perlu dilakukan dalam pengelolaan homestay agar hospitality meningkat.
Diantaranya, attitude, dimana sikap ramah dan penuh perhatian harus dimiliki oleh pengelola, seperti salam selamat pagi dengan senyuman. Attention, memperhatikan kebutuhan tamu.
Kemudian, action, perhatian yang diiringi dengan tindakan yang nyata. Ability, kemampuan dalam melayani tamu, seperti merapikan kamar sesuai dengan standar hotel. Accountability, tanggung jawab terhadap tamu.
Affirmation, selalu berfikir positif. Dan terakhir, sympathy, belajar merasakan apa yang tamu rasakan.
“Jadikan tamu sebagai keluarga.
Jika tamu kita anggap sebagai keluarga, maka layanan prima yang diberikan akan keluar dengan sendirinya dari hati, sehingga nantinya tamu akan merasa nyaman dan akan datang kembali.
Oleh karena itu, hospitality harus dijadikan senagai budaya kita dalam melayani tamu,”
tuturnya.
Dalam kegiatan itu, Kemenparekraf juga memberikan dukungan amenitas homestay berupa sprei, handuk, tempat sampah, dan signage sapta pesona.