Dalam rangka memperingati ulang tahun Kenaikan Tahta Sri Sultan Hamengku Buwana X yang ke 32 tahun, Keraton Yogyakarta menggelar Simposium Internasional Budaya Jawa bertajuk “Busana dan Peradaban di Keraton Yogyakarta”.
Pada gelaran simposium Internasional ini dibuka langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X dan dimeriahkan tari Beksan Lawung Ringgit persembahan KHP Kridhomardowo Keraton Yogyakarta.
Yang menjadikan beksan ini sangat menarik adalah merupakan salah satu karya tari dari Sri Sultan Hamengku Buwana I dimana naskahnya yang berbentuk Serat Kendha baru saja kembali dari Inggris ke Keraton Yogyakarta, setelah dulu ada peristiwa Geger Sepehi.
[artikel number=3 tag=”kraton-jogja”]Beksan Lawung Ringgit ini juga sangat unik, karena memadukan lawung (tombak) sebagai propertinya dan jalan cerita (lampahan) seperti halnya dalam ringgit (wayang). Pada acara pembukaan Simposium Kraton Jogja 2020 ini Lawung Ringgit yang ditampilkan merupakan versi jugag (pendek).
Agenda inti dari Simposium Internasional ini adalah menghadirkan pembicara tamu, baik dari dalam maupun luar negeri. Selain itu juga ada pembicara dari call for paper yang terpilih dari para akademisi, peneliti atau peminat budaya jawa dari segala penjuru nusantara dan mancanegara. Terdapat ada 4 topik utama yang dibahas pada gelaran Simposium Internasional ini, yakni sejarah, filologi, seni pertunjukan dan sosial budaya.
Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada para filolog, sosiolog dan peneliti seni pertunjukan dari luar negeri, atas perhatiannya pada busana Keraton.
Demikian juga kepada British Library atas kesediaannya mengembalikan naskah, sehingga memungkinkan Bêksan Lawung Ringgit digelar hari ini dengan koreografi aselinya dari masa Sri Sultan HB II.
Ungkap Sri Sultan Hamengku Buwana X saat sambutan pembukaan
Keraton Yogyakarta sebagai benteng budaya terus berusaha melestarikan kekayaan budaya, salah satunya melalui busana.
Melalui simposium ini kami harapkan agar catatan-catatan masa lalu mengenai busana dapat digali kembali, hasil-hasil penelitian didiskusikan, dan perbedaan pendapat kita rayakan sebagai hal yang memperkaya ilmu pengetahuan.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka kami mengundang para akademisi, praktisi dan peneliti dari dalam dan luar negeri untuk berdiskusi terkait kekayaan tradisi Keraton Yogyakarta.
Selaku ketua panitia, I would like to express my sincere appreciations for all speakers, especially those who have come all the way from far amid the situation due to the outbreak.
Juga kepada semua pihak yang terus menerus melakukan penelitian dan penggalian terhadap kekayaan budaya Jawa, kami sampaikan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya.
Ungkap GKR Hayu dalam Sambutannya.
Selain agenda simposium internasional, rangkaian peringatan ulang tahun kenaikan tahta sendiri juga dimeriahkan dengan pameran budaya Jawa “ABALAKUSWA“ yang sudah dibuka sebelumnya pada tanggal 8 Maret Kemarin oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X.
“Pada hari pertama, pameran Abalakuswa sudah dikunjungi lebih dari 1000 pengunjung”
Ungkap GKR Bendoro pada saat konferensi pers (9/03/2020)
Pameran Abalakuswa ini bertempat di Pagelaran Keratin Yogyakarta dengan tiket masuk hanya Rp. 5000. Pameran dapat dikunjungi dengan jam operasional Senin-kamis pukul 09.00 -16.00 WIB dan Jumat-Minggu pukul 09.00-21.00 WIB.
