Piknikdong.com, Event – Kabar membanggakan datang dari dunia sastra Tanah Air! Sepuluh penulis muda dari berbagai penjuru Indonesia berhasil terpilih dalam program Emerging Writers Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2025.
Program ini digagas oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati, dan para penulis yang lolos akan mendapat pembekalan serta pelatihan intensif sebelum tampil di festival bergengsi ini pada Oktober 2025.

Yang membuat program ini makin istimewa adalah proses seleksinya yang super ketat. Dari 647 karya cerpen yang masuk—berasal dari Aceh hingga Papua—hanya sepuluh penulis yang dinyatakan lolos.
Seluruh karya diseleksi melalui dua tahap: pra-kurasi dan kurasi utama. Tim kuratornya pun bukan orang sembarangan: Ni Made Purnama Sari, Shinta Febriany, dan Ratih Kumala, tiga nama besar dalam dunia sastra Indonesia.
Program Emerging Writers sendiri sudah berjalan sejak 2008, dan dikenal sebagai ajang untuk mengorbitkan penulis-penulis muda berbakat ke ranah nasional dan internasional.
Tahun ini, tema yang diangkat sangat beragam—mulai dari isu personal, budaya lokal, hingga kegelisahan sosial dan dinamika era digital.
Banyak cerita yang mengangkat persoalan adat, lingkungan, hingga kritik sosial yang tajam namun tetap membumi.
Menurut Ni Made Purnama Sari, meskipun banyak yang menyinggung budaya lokal, tak semuanya berhasil menyajikannya sebagai bagian utuh dari cerita.
“Beberapa karya terasa hanya menempelkan elemen budaya sebagai pemanis lewat bahasa atau narasi panjang,”
katanya.
Ia berharap para penulis bisa mengolah tema budaya sebagai inti konflik yang hidup dan memicu reaksi tokoh.
Berikut daftar lengkap 10 penulis terpilih tahun ini:
- Alief El-Ichwan – Bandung, Jawa Barat
- Annisa Ivana – Jakarta
- Charlotte Diana – Semarang, Jawa Tengah
- Kukuh Yudha Karnanta – Surabaya, Jawa Timur
- Ridwan Malik – Garut, Jawa Barat
- Rie Arshaka – Banjarbaru, Kalimantan Selatan
- Robbyan Abel Ramdhon – Mataram, Nusa Tenggara Barat
- Rosul Jaya Raya – Bangkalan, Jawa Timur
- Udiarti – Sragen, Jawa Tengah
- Wawan Kurniawan – Makassar, Sulawesi Selatan
Meskipun karya mereka berhasil lolos, para kurator tetap memberikan catatan untuk pengembangan lebih lanjut—mulai dari struktur cerita hingga konsistensi naratif.
Hal ini akan diasah lewat pembekalan menjelang peluncuran antologi tahunan dan penampilan mereka di panggung UWRF pada 29 Oktober – 2 November 2025.
Ratih Kumala bahkan menyebut cerpen-cerpen yang lolos punya potensi besar dikembangkan menjadi novel.
“Saya membayangkan cerpen-cerpen ini seperti sinopsis panjang yang kaya. Nggak heran kalau suatu saat kita lihat versi novelnya terpajang di rak toko buku,”
tuturnya.
Tak hanya untuk tampil, para penulis ini juga akan mendapat dukungan penuh lewat program Emerging Writers Patron.
Melalui program ini, publik bisa ikut mendukung dengan memberikan donasi yang akan digunakan untuk penerjemahan karya, akomodasi, tiket perjalanan, hingga kebutuhan mereka selama festival berlangsung.
Menurut Janet DeNeefe, Pendiri dan Direktur UWRF, ini adalah langkah penting dalam menciptakan ekosistem sastra Indonesia yang inklusif dan penuh warna.
“Cerita-cerita mereka membuktikan kalau Indonesia kaya perspektif dan semangat bercerita. Lewat program ini, kita ingin membawa kisah-kisah itu ke panggung dunia,”
pungkasnya.