Setelah menggelar pre-event Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY2019) “Mulanira Malyabhara” pertama pada 1 Juni lalu, FKY kembali menggelar pre-event kedua, di Gerbang Barat Gedung Kepatihan, Sabtu (15/06/2019).
Kali ini acara diselenggarakan lebih awal, yaitu dimulai sekitar pukul 15.00 hingga 17.00 dengan menampilkan kesenian jathilan dari kelompok Kudho Asmoro. Janur-janur yang melambung ke langit dan musik gamelan pengiring tarian menarik perhatian pengunjung Malioboro untuk berhenti dan menonton.
Suasana semakin seru ketika para penari mulai ndadi atau kesurupan. Mereka berjoget mengikuti alunan musik dan menampilkan atraksi seperti memakan arang panas dan bunga.
Tak lupa pula atraksi debus juga ditampilkan salah satu penarinya yang tahan cambukan. Penampilan luar biasa ini juga mengundang perhatian para wisatawan baik domestik maupun asing.
[artikel number=3 tag=”event”]Ibu Muryani, salah satu penonton yang berasal dari Wates, turut berbahagia dengan adanya penampilan jathilan sebagai salah satu cara melestarikan budaya Jawa.
“Anak kedua saya juga ikut kelompok jathilan di desa.
Awalnya saya larang, tapi karena dia senang, ya saya lama-lama juga senang dan bangga.”
Ujar Ibu Muryani.
Beliau melihat bahwa apresiasi terhadap kesenian jathilan saat ini lebih tinggi. Variasi tarian, kostum, dan musik membuat kesenian ini masih relevan di mata masyarakat modern. Dengan demikian, generasi muda dapat menyaksikan dan melestarikan kesenian tradisional sebagai identitas budaya mereka.
FKY2019 sendiri akan digelar pada 4 – 21 Juli 2019 mendatang di Kampoeng Mataraman, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Mengusung tema MULANIRA: ruang|ragam|interaksi, FKY2019 dimaknai ‘kembali ke asal mula: Apa yang sebelumnya ditetapkan, mengalami pergeseran yang menuntut kemampuan jawaban tiap generasi’.
“Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 ‘Mulanira’ berupaya menjadi peristiwa budaya guna menunjukkan semangat dan karakter keterbukaan, keramahan dan tepa selira.”
Jelas Paksi Raras Alit, Ketua Umum Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019.