Sabtu (13/7) sore lalu, Pasar Terban menjadi titik yang dipilih untuk menyelenggarakan salah satu agenda acara FKY 2019. Dengan judul “Pasar Rakyat Kampung Terban”, para warga Kelurahan Terban menampilkan berbagai potensi kesenian dan budaya.
Antusiasme masyarakat sangat mengesankan terhadap acara ini. Dari sore hingga acara ditutup, yaitu sekitar pukul 22.30 WIB, warga sekitar maupun pengunjung lainnya memenuhi halaman depan Pasar Terban untuk menonton gelaran di kampung urban ini.
Seluruh kelompok usia menampilkan berbagai kesenian yang dikembangkan di Kelurahan Terban. Misalnya, dari kelompok anak-anak menampilkan tari kreasi “Tlatah Bocah Kali Belik”, kelompok remaja menampilkan kesenian jathilan, dan kelompok dewasa-orang tua menampilkan macapat.“Kampung Terban dipilih karena kampung ini dinilai paling siap dengan potensi kesenian dan budayanya, dan merupakan kampung budaya di tengah kota.
Harapannya, FKY 2019 dapat menjadi ruang untuk memaksimalkan potensi seni dan budaya, khususnya untuk warga Terban,”
Kata Paksi Raras Alit sebagai ketua FKY 2019 dalam sambutannya.
Lurah Terban, Anif Luhur Kurniawan, S.IP., mengaku sangat bangga bahwa daerahnya dipilih untuk menyemarakkan FKY 2019. Ia menambahkan, kelompok-kelompok kesenian yang tampil dipersiapkan hanya selama satu bulan sebab mereka sudah terbiasa tampil dan melakukan latihan rutin.
“Setiap kelurahan memiliki ciri khas masing-masing. Dari Kelurahan Terban kesenian yang paling kuat adalah jathilan. Jathilan kami pernah tampil di Taman Mini Indonesia Indah,”
Ujar Lurah Terban, Anif Luhur Kurniawan, S.IP . Ia berharap melalui gelaran kesenian ini masyarakat dapat lebih peduli dan tergerak untuk melestarikan budaya Jawa.
Acara ini dibuka dengan kirab dari Bregodo Purbonegoro dan dilanjutkan dengan penampilan tari jathilan kelompok Turonggo Bekso Code Laras yang dilakukan para pemuda. Kelompok Hadroh Nababa Al Hidayah yang beranggotakan ibu-ibu pun menyumbangkan suaranya.Setelah magrib, penonton diajak berdendang bersama Keroncong Purbo Rahayu yang menyanyikan lagu-lagu keroncong klasik Indonesia.
Malam semakin temaram, penampilan terus berlanjut. Giliran para anak dan remaja putri menyuguhi penonton melalui kebolehannya dalam gerak tari, yaitu tari kreasi dan tari klasik Angujiwat dari Sanggar Sekar Parijhoto.
[artikel number=3 tag=”fky-2019”]Menuju ke penghujung acara, kelompok macapat dari RW 04 dengan seragam beskap dan kebaya kembang-kembang merah menghibur penonton melalui tembang dan parikan yang berisi nasihat. Sangat menarik bahwa dalam sebuah kelurahan terdapat kelompok macapat yang berlatih secara otodidak, namun terus berjalan.
Acara ditutup dengan penampilan istimewa dari ketoprak tuna netra Distra Budaya milik Yayasan Mardi Wuto. Nama “Distra Budaya” merupakan singkatan dari disabilitas tuna netra nguri-uri budaya. Kelompok ini didirikan pada tahun 2002 atas prakarsa Pak Harjito dan beranggotakan para penyandang tuna netra dari lima penjuru Provinsi DIY. Untuk penampilan di Pasar Rakyat Kampung Terban ini, mereka berlatih sebanyak empat kali di rumah Pak Harjito di daerah Gayam.“Kami menampilkan lakon berjudul Lambang Sari Edan. Cerita ini mengenai seseorang yang ingin merebut istri seorang penguasa. Inspirasi cerita ini saya dapatkan dari kisah Kerajaan Kediri,”
Ujar Pak Getir yang menjadi penggagas lakon.
Seluruh persiapan, mulai dari latihan ketoprak, busana, make up, dan musik, mereka lakukan secara mandiri. Ketika berdandan pun mereka hanya diarahkan dan melakukan segala persiapan dengan tangan mereka sendiri. Peralatan musik yang mereka gunakan pada penampilan kali ini pun sederhana, yaitu alu dan lesung padi, kendhang, dan gendang paralon.
Penampilan berlangsung hingga sekitar pukul 22.30 WIB. Para penonton yang tadinya menonton dari sisi pasar kemudian merapat karena penasaran dengan penampilan Ketoprak Distra Budaya. Mereka tidak merasa minder atau berkecil hati. Justru apresiasi dari para penonton membuat mereka semakin bersemangat untuk berkarya.
Selain penampilan kesenian dan budaya di atas, Pasar Rakyat Kampung Terban juga dimeriahkan oleh stand kuliner yang diisi perwakilan dari 12 RW di Kelurahan Terban. Dagangan mereka pun bermacam-macam, mulai dari jajanan pasar seperti bakwan dan timus hingga makanan berat seperti mie oriental, pempek, dan pecel.