Piknikdong.com, Yogyakarta – Dalam pertunjukan teater terbarunya, Komunitas Sakatoya akan mengangkat isu tentang adat istiadat suku Batak.
Pertunjukan berjudul Mangiring ini disutradarai oleh Miftahul Maghfira Simanjuntak, dengan pemeran Ninda Fillasputri (sebagai Sondang), Viola Alexsandra (sebagai Lamtiur), Kevin Abani (sebagai Domu) dan Eskhana Carmelia Sibarani (sebagai Uli).
Tentang Pertunjukan Mangiring
Sistem kekerabatan sangat berpengaruh terhadap hukum perkawinan, hukum kekerabatan, dan hukum waris adat.
Sebagai suku yang menganut sistem kekerabatan patrilineal, memiliki keturunan laki-laki sangat penting bagi keluarga suku Batak.
Maka, setiap keluarga Batak sangat mengharapkan memiliki anak laki-laki sebagai pembawa marga dan penerus keturunan.
Jika ada keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, maka keluarga tersebut dianggap tidak bisa meneruskan marga sebagai silsilah keluarga sang ayah.
Adat istiadat tersebut sangat terlihat dalam penyebutan anak dalam keluarga Batak. Misalnya jika keluarga A memiliki lima anak, dua laki-laki dan tiga perempuan, maka yang disebut sebagai anak hanya dua.
“Laki-laki disebut anak, sedangkan anak perempuan disebut boru”,
ujar sutradara Mangiring, Miftahul Maghfira Simanjuntak.
Sebagai anak perempuan dari suku Batak, Miftah merasa ada ketimpangan dan perbedaan secara posisi dan sosial yang tampak dari pilihan bahasa tersebut.
Adat ini juga memosisikan perempuan dalam kondisi yang sulit.
Seorang istri yang tidak memiliki keturunan laki-laki akan menjadi bahan gunjingan di lingkungan sosialnya karena dianggap sebagai aib keluarga.
Namun, membicarakan adat istiadat yang dijunjung tinggi selama ratusan bahkan ribuan tahun merupakan hal yang tabu.
Oleh sebab itu, melalui pertunjukan Mangiring, Komunitas Sakatoya berusaha melakukan proses negosiasi terhadap adat istiadat melalui simbol kain Ulos Mangiring.
Ulos merupakan kain tenun khas masyarakat Batak yang menjadi simbol adat dan dianggap sakral.
Tidak hanya sakral, corak kain ulos yang disebut ragi juga memiliki makna, fungsi dan tujuan yang berbeda-beda.
Ulos Mangiring bermakna kesehatan dan keselamatan bagi keturunan keluarga.
Ulos ini biasa diberikan oleh mertua kepada menantu dengan harapan agar kelak akan lahir keturunan keluarga yang sehat.
Namun ketika keluarga Domu dan Lamtiur memiliki anak perempuan, doa baik yang direpresentasikan lewat ulos tersebut malah menimbulkan pertikaian.
Mangiring menjadi upaya generasi muda untuk membuka ruang negosiasi terhadap adat istiadat yang mapan melalui bentuk artistik yang juga sudah mapan, teater realis.
Bukan bertujuan untuk memberontak tetapi mengajak kita untuk memikirkan ulang bagaimana kendali sosial merupakan konsensus yang dapat berubah dan memberikan porsi yang adil bagi laki-laki maupun perempuan.
Jagongan Wagen edisi November 2023 ini dapat ditonton dengan terlebih dahulu melakukan reservasi di www.psbk.or.id atau link reservasi https://bit.ly/JWOktober2023 mulai 19 hingga 25 November 2023 pukul 16.00 WIB dengan donasi minimum Rp30.000,- lewat scan QR code yang sudah disediakan.