Tawangsari merupakan sebuah Desa Budaya yang berada di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Setiap satu tahun sekali, Desa Tawangsari selalu mengadakan upacara Adat Kirab Budaya dan Bersih Desa.
Tradisi ini biasanya diadakan setelah selesai masa panen padi, yakni antara bulan Agustus sampai dengan September. Acara Kirab Budaya dan Bersih Desa bertujuan untuk memperingati hari jadi Desa dan syukuran atas hasil panen Padi selama 2 kali masa tanam.
Kirab Budaya Tawangsari yang diadakan pada tanggal 7 September 2019 kemarin sukses digelar, terbukti banyak sekali warga, baik dari dalam maupun luar desa ikut datang untuk menonton Kirab yang terbagi menjadi 2 arah, barat dan dari timur, lalu bertemu di Balai Desa Tawangsari.
“Semoga Acara seperti ini terus Diadakan Setiap Tahun.
selain memperingati hari Jadi Desa Tawangsari, Acara Kirab Budaya ini juga salah satu cara mempererat jalinan setiap warga dalam satu Desa”
Ungkap Sigit Susetya selaku Kepala Desa dalam sambutannya.
Dibalik kesuksesan Kirab Budaya Tawangsari, ada sejarah filosofi yang sangat unik, yakni bergabungnya dua Kalurahan, yakni Kalurahan Djombokan dan Kalurahan Djanturan menjadi satu dengan nama Desa Tawangsari.
Sejarah ini dilandasi dengan Maklumat No. 5 Th. 1948 PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JOGJAKARTA pada tanggal 19 April 1948, dimana pada saat itu Kulon Progo masih dibagi menjadi 2 Kabupaten, yaitu Kulon Progo dan satu lagi Adikarto.
Lalu di tahun 1952, Pemda DIY mengeluarkan Peraturan Daerah DIY Nomor 2 tahun 1952 mengenai penggantian nomer Kalurahan dan Kapanewon dalam Daerah Kabupaten Kulon Progo.
[artikel number=3 tag=”budaya”]Peraturan itu berisi tentang penomeran baru Kelurahan yang ada di Kulon Progo dan merubah Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tanggal 19 April 1948 dimana Kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi 88 Kelurahan dan saat itu kabupaten Adikarto dihapuskan.
Pada saat itu pula, posisi dari Desa Tawangsari yang berisi gabungan antara kalurahan Djombokan dan Djanturan masuk kedalam kecamatan Pengasih, Kulon Progo.
Dari sejarah 2 Kalurahan yang disatukan tadi lalu dituangkan dalam Kirab Budaya yang terbagi menjadi 2 Kelompok, dimana kelompok 1 dari arah timur sebagai wakil dari kalurahan Djanturan dan kelompok 2 diberangkatkan dari arah barat sebagai wakil dari Kalurahan Djombokan, dan akan bertemu di Balai Desa Tawangsari.
“Sebagai acara yang ditunggu warga desa setiap tahunnya, semoga ditahun depan, lebih ramai lagi, dan lebih banyak yang ikut serta”
Ucap Tri Sulistiyo selaku Sekertaris Desa Tawangsari.
Kirab Budaya yang diikuti oleh 13 Dusun di Tawangsari ditambah berbagai kelompok SD, hingga kelompok bermain ini sangat menarik, karena mereka membawakan tema atau hasil kreativitas masing-masing kedalam Kirab Budaya. Seperti yang di usung oleh Dusun Soropadan yang mengambil tema “Dewi Sri”.
Pengambilan Tema Dewi Sri memiliki juga memiliki filosofi, dimana Dewi Sri merupakan gambaran dari Dewi Pertanian, Dewi Padi dan Sawah yang melambangkan tentang kesuburan. Jadi atas dasar rasa syukur dan nikmat pada yang Maha Kuasa dengan hasil panen padi yang melimpah dan berkualitas mereka terapkan dalam sebuah karya yang dipertontonkan dalam Kirab Budaya.
Sosok Dewi Sri diperankan sebagai wanita cantik ini diarak dalam sebuah kirab budaya yang diiringi gunungan padi, serta warga yang bersuka-cita memainkan musik dari kentongan yang diperankan para pemuda-pemudi Dusun Soropadan.
“Acara Kirab Desa Tawangsari setiap tahun ini sangat bagus untuk menyalurkan kreativitas setiap warga khususnya pemuda ke arah yang positif.
Tentu ditahun depan kami akan menyuguhkan tema yang baru lagi”
Ungkap Nur Dwi Cahya, Selaku ketua Pemuda di Dusun Soropadan, Desa tawangsari.
Setelah acara Kirab Budaya, diteruskan dengan acara Bersih Desa yang dimeriahkan pagelaran Wayang Kulit pukul 12.00 WIB dengan Dhalang Ki Tenang Heru Parsetiyo dari Padukuhan Kopok Kulon Desa Tawangsari, lalu malam harinya Dhalang Ki Kuat Hadi Samono yang berasal dari Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta.