in ,

Uniknya Kirab Budaya Tawangsari, Filosofi Bergabungnya 2 Keluarahan

gnews piknikdong
Bagikan:

Tawangsari merupakan sebuah Desa Budaya yang berada di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Setiap satu tahun sekali, Desa Tawangsari selalu mengadakan upacara Adat Kirab Budaya dan Bersih Desa.

Tradisi ini biasanya diadakan setelah selesai masa panen padi, yakni antara bulan Agustus sampai dengan September. Acara Kirab Budaya dan Bersih Desa bertujuan untuk memperingati hari jadi Desa dan syukuran atas hasil panen Padi selama 2 kali masa tanam.

Ramainya Kirab Budaya Tawangsari 2019, Photo : Andri
Ramainya Kirab Budaya Tawangsari 2019, Photo : Andri

Kirab Budaya Tawangsari yang diadakan pada tanggal 7 September 2019 kemarin sukses digelar, terbukti banyak sekali warga, baik dari dalam maupun luar desa ikut datang untuk menonton Kirab yang terbagi menjadi 2 arah, barat dan dari timur, lalu bertemu di Balai Desa Tawangsari.

“Semoga Acara seperti ini terus Diadakan Setiap Tahun.

selain memperingati hari Jadi Desa Tawangsari, Acara Kirab Budaya ini juga salah satu cara mempererat jalinan setiap warga dalam satu Desa”

Ungkap Sigit Susetya selaku Kepala Desa dalam sambutannya.

Sambutan Kepala Desa Tawangsari Setelah Upacara simbolis bertemunya 2 kalurahan
Sambutan Kepala Desa Tawangsari Setelah Upacara Simbolis Bertemunya 2 Kalurahan, Photo : Andri

Dibalik kesuksesan Kirab Budaya Tawangsari, ada sejarah filosofi yang sangat unik, yakni bergabungnya dua Kalurahan, yakni Kalurahan Djombokan dan Kalurahan Djanturan menjadi satu dengan nama Desa Tawangsari.

Sejarah ini dilandasi dengan Maklumat No. 5 Th. 1948 PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JOGJAKARTA  pada tanggal 19 April 1948, dimana pada saat itu Kulon Progo masih dibagi menjadi 2 Kabupaten, yaitu Kulon Progo dan satu lagi Adikarto.

Lalu di tahun 1952, Pemda DIY mengeluarkan Peraturan Daerah DIY Nomor 2 tahun 1952 mengenai penggantian nomer Kalurahan dan Kapanewon dalam Daerah Kabupaten Kulon Progo.

[artikel number=3 tag=”budaya”]

Peraturan itu berisi tentang penomeran baru Kelurahan yang ada di Kulon Progo dan merubah Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tanggal 19 April 1948 dimana Kabupaten Kulon Progo dibagi  menjadi 88 Kelurahan dan saat itu kabupaten Adikarto dihapuskan.

Pada saat itu pula, posisi dari Desa Tawangsari yang berisi gabungan antara kalurahan Djombokan dan Djanturan masuk kedalam kecamatan Pengasih, Kulon Progo.

Dari sejarah 2 Kalurahan yang disatukan tadi lalu dituangkan dalam Kirab Budaya yang terbagi menjadi 2 Kelompok, dimana kelompok 1 dari arah timur sebagai wakil dari kalurahan Djanturan dan kelompok 2 diberangkatkan dari arah barat sebagai wakil dari Kalurahan Djombokan, dan akan bertemu di Balai Desa Tawangsari.

“Sebagai acara yang ditunggu warga desa setiap tahunnya, semoga ditahun depan, lebih ramai lagi, dan lebih banyak yang ikut serta”

Ucap Tri Sulistiyo selaku Sekertaris Desa Tawangsari.

Kelompok Taman Bermain Mentari Tawangsari, Photo : Andri
Kelompok Taman Bermain Mentari Tawangsari, Photo : Andri

Kirab Budaya yang diikuti oleh 13 Dusun di Tawangsari ditambah berbagai kelompok SD, hingga kelompok bermain ini sangat menarik, karena mereka membawakan tema atau hasil kreativitas masing-masing kedalam Kirab Budaya. Seperti yang di usung oleh Dusun Soropadan yang mengambil tema “Dewi Sri”.

Perwujudan Dewi Sri & Sadana dari Dusun Soropadan, Tawangsari, Photo : Andri
Perwujudan Dewi Sri & Sadana dari Dusun Soropadan, Tawangsari, Photo : Andri

Pengambilan Tema Dewi Sri memiliki juga memiliki filosofi, dimana Dewi Sri merupakan gambaran dari Dewi Pertanian, Dewi Padi dan Sawah yang melambangkan tentang kesuburan. Jadi atas dasar rasa syukur dan nikmat pada yang Maha Kuasa dengan hasil panen padi yang melimpah dan berkualitas mereka terapkan dalam sebuah karya yang dipertontonkan dalam Kirab Budaya.

Gunungan Pari(padi), Salah Satu Gunungan yang ada dalam Kirab Budaya Tawangsari, Photo : Andri
Gunungan Pari (Padi), Salah Satu Gunungan yang ada dalam Kirab Budaya Tawangsari, Photo : Andri

Sosok Dewi Sri diperankan sebagai wanita cantik ini diarak dalam sebuah kirab budaya yang diiringi gunungan padi, serta warga yang bersuka-cita memainkan musik dari kentongan yang diperankan para pemuda-pemudi Dusun Soropadan.

“Acara Kirab Desa Tawangsari setiap tahun ini sangat bagus untuk menyalurkan kreativitas setiap warga khususnya pemuda ke arah yang positif.

Tentu ditahun depan kami akan menyuguhkan tema yang baru lagi”

Ungkap Nur Dwi Cahya, Selaku ketua Pemuda di Dusun Soropadan, Desa tawangsari.

Pagelaran Wayang Kulit di Balai Desa Tawangsari, Photo : Andri
Pagelaran Wayang Kulit di Balai Desa Tawangsari, Photo : Andri

Setelah acara Kirab Budaya, diteruskan dengan acara Bersih Desa yang dimeriahkan pagelaran Wayang Kulit pukul 12.00 WIB dengan Dhalang Ki Tenang Heru Parsetiyo dari Padukuhan Kopok Kulon Desa Tawangsari, lalu malam harinya Dhalang Ki Kuat Hadi Samono yang berasal dari Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Seberapa menarik artikel ini?

Klik bintang untuk memberi vote.

Penilaian rata-rata 5 / 5. Jumlah 8

Jadilah yang pertama memberi peringkat disini.

Kami mohon maaf karena posting ini tidak berguna untuk Anda

Biarkan kami memperbaiki pos ini

Beri tahu kami bagaimana kami dapat memperbaiki pos ini?

Yuk gabung channel whatsapp Piknikdong.com untuk mendapatkan info terbaru tentang Wisata, Kuliner, Resep, Event, Musik, Viral, Tips dan hal menarik lainnya. Klik di sini (JOIN)

Penulis : Redaksi

Mengulas tentang ragam informasi menarik yang sedang trending saat ini secara detail dan berdasarkan fakta.